Berikut adalah hadits-hadits yang dibawakan oleh Imam Al Bukhari dalam Adabul Mufrod yang membicarakan keutamaan sifat malu.
[465/597]
Dari Abu Mas'ud, ia berkata bahwa Uqbah berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
(Shahih)-Ash Shahihah (684), Al Irwa’ (2673): [Bukhari: 60-Kitab Al Anbiya’, 54-Bab Hadatsana Abul Yaman]
[466/598]
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
(Shahih)-Ash Shahihah (1769). Lafazh “sab’un (70)” itu yang lebih tepat. [Bukhari: 2-Kitab Al Iman, 3-Bab Umurul Iman. Muslim: 1-Kitab Al Iman, hal. 57-58]
[467/599]
Dari Abu Sa’id, ia berkata,
“Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lebih pemalu dari pada perawan dalam pingitan. Jika beliau tidak menyukai [sesuatu], maka akan kami ketahui dari wajahnya."
(Shahih)-Mukhtashor Ash Shama-il (307): [Bukhari: 61-Kitab Al Manaqib, 23-Bab Shifatun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Muslim: 43-Kitab Al Fadhoil, hal. 67]
[468/600]
Dari Utsman [ibnu Affan] dan ‘Aisyah, keduanya menceritakan,
Utsman [ibnu Affan] berkata, "Lalu saya meminta izin, beliau lalu duduk”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Aisyah, "Tutupkanlah bajumu padaku". Lalu kuutarakan keperluanku lalu saya pun pergi.
Aisyah lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, tindakanmu terhadap Abu Bakar dan ‘Umar radliallahu 'anhuma kok tidak seperti tindakanmu pada Utsman [?]" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menjawab, "Sesungguhnya Utsman adalah seorang pria pemalu dan saya khawatir jika dia kuizinkan dan saya dalam keadaan demikian, dia lalu tidak mengutarakan keperluannya."
(Shahih)-Ash Shahihah (1687): [Muslim: 44-Kitab Fadhoil Ash Shohabah, hal. 26-27]
[469/601]
Dari Anas ibnu Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda,
(Shahih)-Takhrij Al Misykah (4854): [Tirmidzi: 25-Kitab Al Birr, 47-Bab Maa Jaa-a Fil Fahsyi wat Tafahusyi. Ibnu Majah: 37-Kitab Az Zuhd, 17-Bab Al Haya’, hal. 4185]
[470/602]
Dari Salim, dari ayahnya, ia menceritakan bahwa
Nabi lalu bersabda, "Biarkanlah dia, karena malu merupakan ciri keimanan."
(Shahih)-Ar Roudh An Nadhir (513): [Bukhari: 2-Kitab Al Iman, 16-Bab Al Haya’. Muslim: 1-Kitab Al Iman, hal. 59]
[471/603]
Dari ‘Aisyah, ia berkata,
Utsman pun masuk dan mengutarakan keperluannya lalu ia keluar. Saya (Aisyah) pun bertanya, “Wahai rasulullah ketika Abu Bakr dan Umar masuk menemuimu, namun anda tidak menghiraukan kondisimu, namun sikap anda berbeda ketika Ustman yang menemui anda?”
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lantas bersabda,
(Shahih)-Ash Shahihah (1687): [Muslim: Lihat hadits 600][4]
[1] Dalam kitab asli tercantum عذراء demikian pula pada kitab pensyarah. Saya mengoreksinya beracuan kepada kitab Shahih penulis (imam Bukhari) dan Shahih Muslim. Dan berdasarkan kedua acuan tersebut saya menyisipkan lafadz ”syaian” pada hadits di atas sebagaimana tertera dalam tanda kurung.
[2] Demikianlah lafadz yang tertera dalam Shahih Muslim dan hal itu merupakan keragu-raguan dari salah satu perawi. Namun hal itu tidak terjadi dalam riwayat Ath Thahawi ketika saya mencantumkan takhrij hadits tersebut dalam Ash Shahihah (4/259). Saya juga menyatakan bahwa hadits tersebut dikeluarkan pula oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (9/27-28). Hadits di atas memiliki syahid dari hadits Anas, namun dalam redaksinya tidak disebutkan keraguan yang muncul dari perawi sebagaimana tersebut dalam hadits di atas. Saya juga mentakhrij hadits tersebut di tempat yang sama.
[3] Muhammad bin Abi Harmalah, perawi yang meriwayatkan hadits ini dari Atha’ (ed). Syarh Shahih Adabil Mufrad 2/254.
[4] Yang dimaksudkan di sini adalah hadits no. (468/600). Sudah sepatutnya diketahui bahwa hadits seandainya diriwayatkan juga oleh Muslim, namun riwayat lain tidak demikian baik secara matan maupun sanad. Adapun sanad, maka hadits ini berasal dari hadits ‘Aisyah saja sebagaimana yang engkau saksikan Begitu pula hadits lainnya adalah hadits Utsman bersama Aisyah sebagaimana yang telah lewat.
Adapun secara matan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat menyingkap pahanya (maksudnya: dia menurunkan kedua kakinya di dinding sebagaimana ditegaskan dalam hadits Anas). Di dalamnya, beliau berbaring di rumah ‘Aisyah sambil tertutup oleh pakaian (berbulu). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Ibnu Hibban (6867), Al Musnad (6/167). Oleh karena itu beliau katakan: “Jadikan pakaianmu untuk menutupku”. Dari sini, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memakai selain pakaiannya.
sumber: www.rumaysho.com