Tahukah Anda bahwa malaikat mendo'akan kebaikan bagi orang yang mendo'akan saudaranya?


    Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
    “Do’a seorang muslim untuk saudaranya ketika saudaranya tidak mengetahuinya adalah do’a yang mustajab (terkabulkan). Di sisinya ada malaikat yang bertugas (mengaminkan do'anya untuk saudaranya). Setiap kali dia mendo'akan kebaikan untuk saudaranya, malaikat tersebut berkata : Amin, dan engkau akan mendapatkan yang sama dengannya.” [HR. Muslim no. 2733].


    Karenanya, mohon do'akan agar mereka yang terlibat dalam website ini beserta keluarga besarnya, Allah jadikan panjang umur dan bertakwa, diampuni segala dosa, sehat-bahagia hingga akhir usia serta dimudahkan menuju SURGA-Nya. Dengan mendo'akan kami, InsyaaAllah Anda akan mendapat kebaikan yang sama.

    Kiat Menghafal AL-QUR'AN II

    Author: Rudy Romansyah Genre: »
    Rating

    Dapatkah Anda Istiqomah Dengan Al Qur’an?

    Rosulullah salallhu'alahiwassalam.dalam pesannya kepada kita semua pecinta Al Qur’an bersabda,
    “Bermu’ahadahlah (pertahankanlah dirimu) bersama Al Qur’an ini, demi jiwa Muhammad yang ada di tanganNya, sesungguhnya Al Qur’an ini lebih cepat hilangnya, dari pada cepatnya ikatan tali onta yang terlepas.” (Muttafaqun ‘Alaih)
    Dari pesan Rosul ini, maka jawaban pertanyaan di atas adalah tergantung kita. Berapa lama kita akan mempertahankan kebersamaan dengan Al Qur’an ini, jika kita hanya ingin mempertahankannya sebulan dua bulan, setahun dua tahun, maka sepanjang itulah Al Qur’an akan bersama anda. Sebaliknya jika semangat mempertahankan dalam diri kita sepanjang hidup, maka sepanjang itulah kita akan bersama Al Qur’an .

    Kesiapan untuk bertekad akan terus hidup bersama Al Qur’an sepanjang hidup disebut Mu’ahadah
    Mua’ahadah aslinya perintah bagi orang yang menghafal Al Qur’an agar siap mempertahankan hafalannya sepanjang hidupnya, jangan sampai menjadi penghafal yang hanya bisa berkata:”Dahulu saya pernah hafal.” Namun secara implisit pesan Rosul di atas, pada hakikatnya berlaku untuk seluruh amal ibadah kepda Allah, tanpa Mu’ahadah tidak mungkin seseorang mencapai istiqomah dan husnul khotimah yang menjadi
    dambaan setiap orang beriman.
    Mu’ahadah artinya tekad yang kuat utuk selalu melaksanakn suatu pekerjaan, sampai mendapatkan apa yang diinginkan. Lembaga pendidikan dalam bahasa arab disebut Ma’had ( satu akar kata dengan Mu’ahadah ), karena di tempat itulah setiap siswa bertekad untuk terus menerus belajar sampai berhasil mencapai cita-citanya.

    Modal inilah yang harus dimiliki setiap pelajar Al Qur’an, agar tidak menyerah ketika menghadapi berbagai macam rintangan selama proses belajar berlangsung. Tanpa sikap ini, maka sekecil apapun rintangan yang dihadapi akan menjadikannya menyerah dan meninggalkan belajar Al Qur’an. Hadits di atas seharusnya dapat kita fahami, suatu isyarat bahwa pada hakikatnya mempelajari Al Qur’an penuh dengan ujian dan rintangan, sehingga sampai-sampai Rosulullah salallhu'alahiwassalam. menginstruksikan dalam bentuk pesan di atas.

    Perhatikanlah kehidupan salaf salih kita di dalam bermu’ahadah dengan Al Qur’an, Umar bin Khottob dan Utsman bin Affan adalah dua sahabat Rosul yang ketika menjemput ajalnya sedang tilawah Al Qur’an. Sahabat yang lain Abdullah bin Amr bin ‘Aash, ketika Rosulullah salallhu'alahiwassalam. menyuruhnya untuk membaca Al Qur’an sebulan sekali khatam, maka ia merasa, bahwa masa itu terlalu lama, sehingga ia merasa akan sangat sedikit bacaan Al Qur’annya dalam setiap bulan, atau sama dengan sehari satu juz.

    Maka ia meminta izin kepada Rosul agar dapat membacanya tiga hari khatam, yang berarti sehari 10 juz, Rosul pun mengizinkannya, dan akhirnya tekad ini, beliau laksanakan sampai akhir hayatnya.
    Begitulah seharusnya tekad dalam berinteraksi dengan Al Qur’an. Ini berarti bahwa Mu’ahadah adalah suatu keharusan dalam kehidupan manusia. Kalau saja ibu kita tidak bersikap mu’ahadah dalam merawat kita, mungkin kita tidak dapat tumbuh seperti saat ini. Jadi apa yang ada dalam diri kita tidak terlepas dari sikap mu’ahadah, yang memberikan dampak yang jelas dari suatu kerja keras yang berlangsung bertahun tahun.

    Sekarang dapat dibayangkan, bagaimana bila sikap mu’ahadah ini kita terapkan dalam interaksi kita dengan Al Qur’an, maka setidaknya kita akan dapat merasakan berbagai macam dampak positif dalam diri kita. Ada dampak keilmuan, yang berarti semakin lama bersama Al Qur’an, akan semakin meningkat pengetahuan kita. Ada dampak peningkatan ruhiyyah, perolehan pahala yang sangat banyak dan puncaknya adalah Sorga Allah, sesuai dengan hadits yang dijelaskan oleh Rosulullah saw.

    Perumpamaan Rosulullah salallhu'alahiwassalam. di atas, sungguh merupakan perumpamaan yang sangat tepat dengan realita kehidupan.
    Bagi penghafal, maka tidak ada hafalan yang paling cepat hilang dari ingatan kita, dari pada hafalan Al Qur’an. Lain halnya dengan lirik-lirik lagu atau nasyid, tanpa diulang-ulang pun tidak hilang dari ingatan kita. Bagi pelajar Al Qur’an, maka tidak ada kegiatan yang paling cepat hilang semangat belajarnya, dari pada belajar Al Qur’an, hampir-hampir mustahil suatu halaqoh yang jumlahnya 15 orang akan berakhir dengan jumlah yang tetap, hal ini terjadi di mana saja dan kapan saja.

    Maka pesan di atas seharusnya dapat menjadikan diri kita, dapat mempersiapkan mental yang kuat, do’a yang terus menerus, tawadlu’ kepada Allah, karena hanya dengan pertolongan Allah kita akan dapat istiqomah bersama kitab suciNya.

    Adapun hikmah mengapa Allah menjadikan Al Qur’an memiliki karakter seperti apa yang dijelaskan oleh Rosul di atas:

    1. Rahmat Allah yang banyak kepada manusia, karena kalau saja apa yang dihafal atau dipelajari langsung lekat, maka manusia tidak akan termotifasi untuk mengulang-ngulang, akibatnya sedikit pahala yang didapatkan dari Al Qur’an.

    2. Seleksi manusia pilihan Allah. Orang yang berhasil mempelajari Al Qur’an sungguh orang yang telah berhasil mengatasi gejolak jiwanya. Karena kalau saja setiap manusia yang belajar Al Qur’an tidak mengalami cepat jenuh, bosan, malas dan lain sebagainya, maka tidak terlihat mana yang berprestasi dan mana yang tidak berprestasi.

    3. Perintah agar setiap orang beriman pandai mengambil pelajaran dari kejadian sekelilingnya, untuk menumbuhkan semangat belajar Al Qur’an, sebagaimana Rosulullah saw. mengambil pelajaran dari realita onta yang cepat terlepas dari tali ikatannya. Di sekeliling kita sungguh sangat banyak yang dapat kita ambil pelajaran. Lihatlah orang yang sedang memancing ikan, ia bersabar menunggu, kepanasan, perasaan bosan karena ikan yang tidak kunjung datang, namun ia tetap sabar, sejam dua jam menunggu ikan yang harganya cuma beberapa ribu saja. Maka bagi pelajar Al Qur’an seharusnya mampu bersabar lebih dari kesabaran pemancing ikan, karena Al Qur’an jauh lebih mulya dari seekor ikan.

    oleh: Ust. Abdul Aziz Abdur Rouf, LC



    Leave a Reply

    barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka, hendaklah ia berkata baik atau diam

    Followers