Sebagian kita selalu merasa khawatir ketika menginfakkan harta kita ke jalan yang benar. Infak di sini bisa jadi merupakan nafkah wajib untuk anak dan istri, menunaikan zakat maal (harta) atau mengeluarkan harta untuk sedekah sunnah. Selalu khawatir dalam hati kalau-kalau harta itu berkurang. Secara kuantitas bisa jadi berkurang, namun ingatlah bahwa bisa jadi dengan harta yang kita keluarkan tadi akan membuat harta kita semakin barokah, bahkan boleh jadi Allah ganti di dunia dengan harta yang melimpah, atau kita dianugerahi sifat qona’ah (merasa cukup). Lebih dari itu, Allah memberi janji akan menggandakan amalan kebaikan kita di akhirat. Yang terakhir tentu kenikmatan yang luar biasa dibanding dengan nikmat dunia.
Allah Ta’ala berfirman,
‘Umar bin Khottob mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ayat ini adalah berinfaq di jalan Allah. Ada pula yang mengatakan bahwa maksud ayat ini adalah memberi nafkah pada keluarga. Yang tepat sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir bahwa yg dimaksudkan dengan ayat ini adalah berinfaq di jalan Allah secara umum (baik itu di jalan Allah atau menafkahi keluarga) dengan niat yg ikhlas dan tekad yg jujur, ini semua tercakup dalam ayat di atas.
Ayat di atas semisal dengan firman Allah Ta’ala,
Suatu kisah yang bisa jadi pelajaran bagi kita seorang pengusaha agar jangan pernah khawatir mengeluarkan harta untuk nafkah wajib, zakat atau pun sedekah yang sunnah. Lihatlah kisah tentang sahabat Abud Dahdaa Al Anshori berikut.
‘Abdullah bin Mas’ud menceritakan bahwa tatkala turun ayat di atas (surat Al Hadid ayat 11), Abud Dahdaa Al Anshori mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah Allah menginginkan pinjaman dari kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Betul, wahai Abud Dahdaa.”
Kemudian Abud Dahdaa pun berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah tanganmu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyodorkan tangannya. Abud Dahdaa pun mengatakan, “Aku telah memberi pinjaman pada Rabbku kebunku. Kebun tersebut memiliki 600 pohon kurma.”
Ummud Dahda, istri dari Abud Dahdaa bersama keluarganya berada di kebun tersebut, lalu Abud Dahdaa datang dan berkata, “Wahai Ummud Dahdaa!” “Iya,” jawab istrinya. Abud Dahdaa berkata, “Keluarlah dari kebun ini. Aku baru saja memberi pinjaman kebun ini pada Rabbku.” Dalam riwayat lain, Ummud Dahdaa menjawab, “Engkau telah beruntung dengan penjualanmu, wahai Abud Dahdaa.”
Ummu Dahda pun pergi dari kebun tadi, begitu pula anak-anaknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun terkagum dengan Abud Dahdaa. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Begitu banyak tandan anggur dan harum-haruman untuk Abud Dahdaa di surga.” Dalam lafazh yang lain dikatakan, “Begitu banyak pohon kurma untuk Abu Dahdaa di surga. Akar dari tanaman tersebut adalah mutiara dan yaqut (sejenis batu mulia).” (Riwayat ini adalah riwayat yang shahih, dikeluarkan oleh Abdu bin Humaid dalam Muntakhob dan Ibnu Hibban dalam Mawarid Zhoma’an. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13/414-415)
Tidak perlu khawatir dengan infak Anda karena Allah-lah Yang Maha Pemberi Rizki. Allah Ta’ala berfirman,
Semoga Allah memberikan kita anugerah dan berkah pada segala harta titipan-Nya yang kita investasikan di jalan Allah. (*)
Tulisan untuk Majalah Pengusaha Muslim Juni-Juli 2011
