“Semakin banyak ilmu, semakin lapang hidup. Semakin kurang ilmu, semakin sempit hidup”
(Buya Hamka)
“Barangsiapa yang ingin masuk surga dan terhindar dari neraka, TUNTUTLAH ILMU dan barangsiapa yang ingin kebahagian dunia dan akhirat, TUNTUTLAH ILMU
Jika Anda tak menghasilkan apa-apa dalam belajar, Anda harus mengecek kembali metode belajar Anda. Tapi jika Anda tak bergairah dalam belajar, Anda harus segera menyadari mungkin Anda tidak memiliki tujuan, atau malah kehilangan tujuan.
Apa tujuan belajar? Sebagai manusia yang diciptakan oleh Yang Maha Pencipta, tentu tiada lagi tujuan kita selain mengabdi pada-Nya, apa pun agamanya. Maka belajar pun harus karena perintah dan untuk mengabdi pada-Nya,kan? Karena hidup adalah untuk pengabdian kepada-Nya, maka belajar pun harus karena-Nya.
Karena hilangnya spirit Ilahiah inilah, maka jangan heran banyak terjadi pelencengan dalam proses
belajar dan turunnya semangat belajar. Pelencengan proses belajar antara lain tradisi menyontek dalam tes, ujian bahkan pembuatan skripsi atau tesis. Juga terjadinya jual beli ijazah, perjokian sampai jual beli gelar. Pelaku-pelaku tersebut Nampak kehilangan tujuan Ilahiahnya. Mereka mulai mengambil dunia sebagai tujuan. Sebagian karena ingin mengincar jabatan atau posisi, dan sebagian besar karena ingin mengeruk uang dalam jumlah banyak dengan cepat, namun tidak halal.

Jika tujuan Ilahiah atau spiritual ini masih dipegang, tentulah tak ada fenomena menyontek di lembaga-lembaga pendidikan, pemalsuan ijazah, sampai jual beli karya ilmiah. Tentulah hasil belajar yang diperoleh akan sangat luar biasa bahkan memperoleh Berkah-Nya. Kadang tujuan spiritual tidak abstrak dan sering bergeser oleh tujuan dunia. Sebenarnya bukan bergeser, namun kita harus memiliki tujuan-tujuan kecil untuk mencapai tujuan besar. Bukankah untuk menempuh jalan sejauh 100Km, kita harus menempuh jarak 10 Km terlebih dahulu? Begitu pula dengan tujuan
Maka kita harus mencari tujuan-tujuan kecilnya. Tujuan-tujuan itu adalah kemudahan hidup. Banyak alat diciptakan oleh manusia agar hidupnya semakin mudah, kan? Maka kita mempelajari computer agar kita bisa menguasainya dan pekerjaan harian kita makin mudah. Kita mempelajari bahasa agar komunikasi kita makin mudah, dan kita mempelajari pertanian agar kita mudah mengelola alam untuk kemudahan hidup kita.
Ilmu sangat menarik. Kadang kita tak punya harapan apa-apa dalam mempelajari sesuatu selain karena kita melihatnya betul-betul menarik. Kita lihat begitu menariknya ilmu komuter, maka kita pun mempelajarinya. Dan jika makin menarik, mungkin kita memilih untuk lebih serius dan kemudian ikut meneliti sesuatu di situ. Maka dengan alasan inilah banyak lahir ilmuan-ilmuan yang menganggap bahwa yang mereka tekuni itu sebagai kesenangan atau hobi.
Untuk orang lain. Banyak juga orang yang memilih mempelajari sesuatu karena ia tergerak hatinya untuk membuat orang lain merasa bahagia. Hal seperti ini yang dilakukan oleh Habibie, presiden Indonesia ketiga saat dulu ia kuliah di Jerman. Pilihan kuliahnya mengambil jurusan dirgantara karena ia ingin mewujudkan mimpi Presiden Soekarno bahwa Indonesia sebagai Negara kepulauan harus memiliki transportasi penghubung yang sesuai. Itu adalah penerbangan. Hal lain dicontohkan oleh Zaid bin Tsabit manakala ia tidak diizinkan oleh Rosulullah untuk berjihad, namun Rosulullah menyuruhnya untuk mempelajari berbagai bahasa, maka ia segera mempelajari bahasa Habrew dan ibrani yang ia kuasai kurang dari 1bulan. Hingga akhirnya ia dilantik menjadi penerjemah Nabi
Kekayaan. Tujuan lain yang populer adalah belajar karena mencari kekayaan. Ini sama dengan belajar untuk mencari ijazah agar mudah mendapatkan pekerjaan. Maka para pemuda berbondong-bondong masuk sekolah-sekolah dan kampus-kampus terbaik agar menjadi lulusan terbaik untuk masuk kerja di perusahaan atau lembaga-lembaga terbaik.
Sebenarnya 4 tujuan kecil di atas sudah otomatis ada dalam benak kita ketika kita belajar. Dan itu tidaklah salah sebenarnya. Namun kemudian menjadi salah ketika para pembelajar hanya memiliki 4 tujuan tersebut dan mengabaikan tujuan utama sebagai sarana mengabdi kepadaNya
Mengapa tujuan utama tadi sangat penting? Tujuan itu akan membuat hidup kita terarah, memilih proses yang benar, dan kita memiliki daya tahan yang kuat ketika hambatan menghadang. Hidup terarah karena tujuan kita fokus dan jelas, yaitu Karena Allah. Lalu ia akan memilih proses yang benar sesuai dengan petunjuk-Nya dan hidupnya akan berkah. Maka sebelum belajar milikilah tujuan terbesar dan hakiki tersebut